SAAT AKU MENERIMA-NYA

Yustinus Martir, seorang filsuf muda pada abad kedua, mendengarkan dengan baik pidato seorang lain yang berpendidikan baik.
"Orang-orang yang menjadi pengikut orang Nazaret yang mati itu adalah orang-orang bodoh yang percaya kepada takhayul," kata si ahli pidato itu. "Yang mereka puja tak lain hanya awan-awan dan pengaruh bintang. Saya kira mereka merupakan ancaman bagi kekaisaran ini." Orang-orang yang berkumpul di sana dalam bentuk lingkaran itu menganggukkan kepala.
Bagi Tuhan tidak ada yang mustahil. Seburuk apa pun masa lalu dapat diubah Tuhan menjadi masa depan yang gemilang. Itulah yang dirasakan Ethel Waters. Ia dilahirkan 31 Oktober 1896 oleh seorang ibu yang berusia dua belas tahun. Ibu ini diperkosa dengan sangat kejam di Philadelphia yang menjadikannya tidak menginginkan keberadaan Ethel.
Aku ibu rumah tangga yang memiliki tiga anak, aku bekerja di sebuah perusahaan garmen selama sepuluh tahun. Aku teringat peristiwa 6 tahun yang lalu, yang membuat kecut hatiku.