Legiun Gemuruh
Gubernur Romawi itu berdiri dengan keputusan tegas di hadapan empat puluh prajurit Romawi dari Legiun Gemuruh. "Aku memerintahkan kalian untuk mempersembahkan korban kepada dewa-dewa Romawi. Jika kalian tidak melakukannya, kalian akan dilucuti dari pangkat militer kalian."
Keempat puluh prajurit itu semuanya percaya dengan teguh kepada Tuhan Yesus. Mereka tahu bahwa mereka tidak boleh menyangkal-Nya atau memberikan korban bagi dewa-dewa Romawi, apa pun yang akan dilakukan Gubernur Romawi kepada mereka.
Sepupu Sedang Bekerja Keras Di Antara Orang Hitam Afrika
Sejak tahun 2002, selain mengajar di Sekolah Alkitab di Cape Town, Afrika Selatan dan bertandang ke rumah beberapa teman orang Melayu di Cape Town -- nenek moyang mereka berasal dari Indonesia dan datang ke Afrika tiga setengah abad lalu -- Tuhan memimpin saya untuk masuk ke kampus-kampus juga. Di sana saya bekerja sama dengan beberapa organisasi mahasiswa Kristen yang melayani di kampus, seperti PERKANTAS di Indonesia.
Menanggapi Panggilan
Saya menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadi pada tahun 1980. Ketika itu, saya mengikuti retret sehari bersama teman- teman SMA di Kota Bogor. Setelah menerima Kristus, saya merasa diyakinkan akan keselamatan dan pengampunan dari Tuhan Yesus serta timbul kerinduan yang kuat untuk melayani Tuhan. Saya mulai melayani di persekutuan doa muda-mudi Bukit Duri dengan aktif sebagai pengurus.
Yustinus Martir
Umat Kristen abad pertama disebut sebagai "atheis" oleh pemerintah Roma. Mereka dieksekusi karena tidak menyembah dewa-dewa Romawi. Kekristenan merupakan perbuatan ilegal.
Flavius Yustinus dilahirkan pada masa itu. Sebagai seorang yang berpendidikan tinggi, ia mempelajari berbagai filosofi Yunani yang lazim. Tapi, hanya kehampaan yang diperolehnya. Pada tahun 132 M, seorang pria tua dengan sabar membawa Yustinus kepada Kristus, ia menjelaskan nubuatan Perjanjian Lama tentang Mesias.
Dengan sepenuh hati dan seluruh otaknya, Yustinus kemudian menjelaskan kekristenan sebagai filosofi sejati. Dengan mempertaruhkan nyawanya, secara terang-terangan ia mendebat orang-orang terkenal yang tidak percaya. Ia menulis sebuah dokumen mengesankan yang berisi lebih dari 8.000 kata kepada Kaisar. Ia membela dan menjelaskan hal kekristenan dan Kerajaan Allah. Beberapa komentarnya yang abadi adalah:
Musik Bagi Telinga Mereka
Sistem musikal yang dimiliki orang-orang Canela di hutan Amazon, Brazil, membuat kami sangat kebingungan. Bukan karena saya dan istri saya, Jo, buta terhadap irama musik dan tidak menghargai musik (selama bertahun-tahun kami bernyanyi dengan banyak kelompok musik). Bukan juga karena kami tidak pernah mendengar tentang musik Canela. Malahan, selama berada di desa, musik seperti itu selalu terdengar. Setiap malam, penduduk Canela menghantar kami tidur dengan nyanyiannya dari alun-alun kota.
LAPORAN TUGAS KEPERAWATAN DI ZAMBIA
Saya kembali ke Inggris setelah menyelesaikan tugas keperawatan di Rumah Sakit St. Francis, Katete, Zambia. Saya berada di sana selama tujuh minggu (20 Februari -- 10 April) dan baru sekarang saya mulai memilah pemikiran dan perasaan saya selama berada di sana, agar bisa menuangkan pengalaman itu ke dalam kata-kata.
Wahana Visi Indonesia
Sejak tahun 2003 Wahana Visi Indonesia (WVI) mengembangkan Area Development Project (ADP) di salah satu kota di Indonesia.
"Hati-hati ya," ucapan tersebut keluar dari mulut mungil Esterlita (9), ketika kami meninggalkan rumahnya yang berlantai kayu dan berdinding papan rapuh. Bangunan miring yang nyaris rubuh itu menjadi saksi bisu keakraban yang terbangun antara kami dengan keluarga kecil tanpa ibu rumah tangga tersebut.
Bagaimana Tata Cara Upacaranya?
Ayah mempelai wanita menanyakan mas kawin yang mereka inginkan kepada keluarga mempelai pria. Kesulitan ekonomi menjadikan pernikahan sebagai sarana penting untuk bisa mendapat uang dan mengabulkan mimpi. Orang-orang meminta mobil, sepeda motor, TV, dan barang mewah lain.
Lebih Banyak Kasih Bagi-Mu
Selama bertahun-tahun, Pendeta Kim dan 27 orang yang digembalakannya di Korea hidup dalam lorong-lorong bawah tanah yang digali dengan tangan mereka sendiri. Ketika orang Komunis sedang membangun jalan, mereka menemukan orang-orang Kristen yang hidup di bawah tanah tersebut.
Para petugas membawa mereka keluar di hadapan 30.000 orang di desa Gok San untuk disidang di hadapan publik dan dieksekusi. Para petugas tersebut berkata, "Sangkallah Kristus, atau kalian akan mati." Tetapi orang-orang Kristen tersebut menolak perintah itu.