RSS Wanita
Studi: Wanita Mengingat Lebih Banyak Informasi Dari Pembacaan Alkitab Digital Dibanding Pria
Apakah otak kita memproses informasi yang dikonsumsi secara digital dengan cara yang berbeda dari informasi yang didapat dari media cetak? Pertanyaan tersebut, yang memiliki beberapa implikasi mendalam terhadap cara dunia kita bekerja pada tahun 2019, sulit untuk dijawab. Namun, setidaknya, sebuah penelitian telah mengungkapkan bahwa ketika kita berbicara tentang Alkitab, jawabannya akan sedikit lebih rumit. Dalam penelitian itu ditemukan bahwa wanita menyerap informasi yang sama banyak dari pembacaan Alkitab menggunakan aplikasi (digital) dengan pembacaan Alkitab menggunakan Alkitab cetak, sementara pria ... tidak terlalu banyak. [h/t Christianity Today]
Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Religion, Media, and Digital Culture, yang dilaporkan oleh Christianity Today tersebut juga menemukan bahwa pria tidak terlalu banyak mengingat Alkitab yang mereka baca ketika membacanya melalui aplikasi di gawai mereka, meskipun, menurut penelitian tersebut, mereka cenderung membaca lebih banyak.
Di sisi lain, wanita membaca dengan jumlah yang sama melalui aplikasi seperti yang mereka lakukan dengan Alkitab cetak, dan mereka menyerap jumlah informasi yang sama pada kedua media tersebut.
Dengan kata lain, meskipun aplikasi Alkitab dapat membantu pria membaca lebih banyak bagian Alkitab, mereka mungkin kurang terlibat di dalamnya.
Penelitian yang melibatkan partisipan untuk membaca kitab Yudas dalam berbagai media ini menemukan bahwa orang-orang dari kedua jenis kelamin secara signifikan lebih mungkin merasa bingung dengan apa yang mereka baca jika mereka membacanya secara digital. Menurut penelitian tersebut, pembaca digital hampir dua kali lebih mungkin mengatakan bahwa mereka merasa "bingung" dengan apa yang mereka baca daripada pembaca Alkitab cetak.
Sulit untuk mengatakan mengapa hal ini terjadi, tetapi setidaknya sebagian dari hal ini sejalan dengan apa yang secara umum dipahami tentang perbedaan cara pria dan wanita memproses informasi pada era digital. Pria lebih suka membaca sesuatu secara digital daripada wanita, sementara wanita umumnya memiliki pemahaman membaca yang lebih tinggi.
Pria lebih suka membaca sesuatu secara digital daripada wanita, sementara wanita umumnya memiliki pemahaman membaca yang lebih tinggi.Ada beberapa temuan menarik lainnya. Sebagai contoh, meskipun mayoritas peserta (66 persen) mengatakan bahwa mereka lebih memilih Alkitab cetak untuk membaca dalam waktu lama, tetapi sekitar 43 persen menggunakan smartphone untuk membaca dan 20 persen menggunakan komputer. Dengan kata lain, para pembaca Alkitab cenderung cukup pragmatis dalam hal kebiasaan membaca mereka. Mereka memilih apa yang disebut oleh peneliti John Dyer sebagai "NAB" (nearest available Bible) atau Alkitab terdekat yang tersedia di sekitar mereka.
(t/Jing-jing)
Diambil dari: Nama situs : RELEVANT Alamat artikel : https://relevantmagazine.com/culture/study-women-retain-way-more-info-from-digital-bible-reading-than-men/ Judul asli artikel : Study: Women Retain Way More Info From Digital Bible Reading Than Men Penulis artikel : RELEVANTMengapa Pelayanan Perempuan?
Baru-baru ini saya menerima pertanyaan ini dari seorang perempuan yang menggambarkan dirinya sebagai seorang pelengkap di sebuah gereja yang sebagian besar diisi oleh orang-orang yang egaliter. Bagaimana Ia harus menjawabnya? Bagaimana Ia dapat mengartikulasikan nilai dari pelayanan perempuan bagi mereka yang percaya bahwa peran laki-laki dan perempuan dalam gereja haruslah sama?
Pertanyaan ini sering muncul - dan juga sering muncul dari berbagai konteks yang saling melengkapi. Mengapa perempuan tidak boleh berpartisipasi dalam kebaktian-kebaktian gereja, kelompok-kelompok kecil, dan berbagai pelayanan bersama dengan anggota tubuh yang lain, daripada membutuhkan lapisan pelayanan lain yang difokuskan pada perempuan?
Saya akan memberikan lima tanggapan untuk pertanyaan ini - tentu saja bukan satu-satunya tanggapan, tetapi beberapa tanggapan awal yang mungkin juga berhubungan dengan egalitarian. Jika kita akan berbicara tentang pelayanan perempuan, kita harus siap untuk menjawab pertanyaan ini dengan jelas dan alkitabiah. (Diskusi yang lebih rinci dapat ditemukan dalam Pelayanan Perempuan yang dipenuhi Firman: Mengasihi dan Melayani Gereja [Review]).
Tanggapan 1: Pelayanan perempuan secara formal tidaklah penting.
Sebenarnya penting untuk mengatakan bahwa program pelayanan perempuan bukanlah sebuah tuntutan Alkitab. Alkitab tidak memerintahkan orang percaya untuk membentuk kelompok-kelompok kecil, kelompok pendalaman Alkitab, dan pertemuan-pertemuan khusus untuk perempuan. Banyak dari kita cenderung langsung berpikir tentang program-program formal ketika topik ini muncul. Tetapi, walaupun hal ini dapat menjadi sesuatu yang luar biasa, kita harus mengakui bahwa pelayanan di antara para perempuan dapat dan akan terjadi dalam berbagai macam cara di dalam sebuah jemaat yang sehat.
Tanggapan 2: Firman Tuhan memanggil para perempuan untuk mengajar para perempuan, dalam konteks gereja lokal.
Meskipun program pelayanan perempuan tidak terlalu penting, mungkin akan sangat membantu jika kita mengorganisir dan memformalkan pelayanan di antara para perempuan dengan satu atau lain cara. Anda tahu ke mana saya akan pergi. Kita harus pergi ke sana - ke Titus 2, di mana Paulus memerintahkan Titus untuk memimpin jemaatnya sedemikian rupa sehingga pria dan perempuan melayani secara khusus sebagai pria dan perempuan yang saleh, dan secara khusus sebagai pria dan perempuan yang lebih tua dan yang lebih muda juga saleh. Perintah yang terkenal bagi perempuan yang lebih tua untuk mengajar perempuan yang lebih muda "apa yang baik" (Titus 2:3, AYT) muncul dalam konteks surat yang mengagungkan doktrin-doktrin Injil yang kekal dan bagaimana doktrin-doktrin itu dihidupi dalam semua lapisan umat Allah yang tertata dalam sebuah badan ibadah lokal.
Di banyak tempat, Perjanjian Baru secara khusus menyebut perempuan di dalam gereja sebagai perempuan, memanggil mereka untuk hidup sebagai perempuan yang saleh dan (dalam Titus 2) untuk mengajarkan kesalehan ini kepada satu sama lain. Penekanan khusus ini menyiratkan perlunya waktu bagi para perempuan untuk berkumpul bersama dan saling mengajar - terutama melalui komunikasi dan penerapan Firman Tuhan dalam doa, dengan tujuan untuk mengenal Kristus dan menghormati Dia dalam semua hubungan dan tanggung jawab kita. Meskipun pengajaran ini dapat dilakukan secara informal, pelayanan perempuan yang terorganisir menyediakan konteks di mana pengajaran ini dapat diberikan kepada semua perempuan dalam sebuah jemaat.
Tanggapan 3: Kita harus membangun perempuan-perempuan yang dipenuhi dengan Firman.
Seperti yang telah saya sebutkan, pengajaran ini terjadi terutama melalui komunikasi dan penerapan Firman Tuhan dalam doa. Pelayanan perempuan yang efektif membangun generasi perempuan yang mempelajari dan mewariskan Alkitab. Alkitab sangat jelas tentang dirinya sendiri: Alkitab adalah wahyu yang dihembuskan Allah kepada manusia. Alkitab adalah cahaya di jalan dan manna bagi jiwa setiap pengikut Yesus.
Sangatlah penting bagi para perempuan untuk menerima pengajaran Firman secara teratur dari para pemimpin yang telah ditahbiskan, dan instruksi serta dorongan baik dari pria maupun perempuan. Tetapi juga sangat penting bagi para perempuan untuk "mengajarkan apa yang baik" dengan menyampaikan kepada perempuan lain bukan hanya prinsip-prinsip praktis, tetapi juga dasar dari Firman yang darinya prinsip-prinsip tersebut bertumbuh. Betapa diberkati panutan/teladan yang hati dan pikirannya dipenuhi dengan Firman Tuhan, yang hidupnya ditransformasikan oleh Roh Kudus menjadi serupa dengan Kristus, dan yang lidahnya memberitakan keagungan-Nya dengan lantang dan jelas. Saya telah diberkati oleh tokoh-tokoh seperti itu selama bertahun-tahun, mulai dari guru sekolah minggu, pemimpin pendalaman Alkitab, hingga para perempuan yang meluangkan waktu untuk berdoa bersama dan untuk saya. Generasi yang akan datang akan membutuhkan panutan seperti itu lebih dari sebelumnya dan bukan hanya selebriti atau tokoh virtual, tetapi perempuan yang nyata dalam jemaat yang nyata.
Tentu saja pengajaran yang penuh dengan Firman ini terjadi dalam berbagai cara, mulai dari pelajaran Alkitab yang besar hingga pembacaan Alkitab secara pribadi di meja dapur. Hal ini terjadi dalam hubungan pendampingan yang didasarkan pada berbagi Firman Tuhan. Hal ini terjadi ketika para perempuan berdoa, melayani, merayakan, dan bersedih bersama, selalu dengan Firman di bibir mereka. Para pendeta dan penatua dapat membantu hal ini terjadi dengan sangat baik dan penuh makna. Dan ketika pengajaran yang dipenuhi dengan Firman ini terjadi, hal itu akan memengaruhi seluruh tubuh gereja.
Tanggapan 4: Pelayanan perempuan yang dipenuhi dengan Firman memberkati seluruh gereja.
Pelayanan perempuan seharusnya tidak memisahkan perempuan dari anggota jemaat lainnya. Bahkan, pelayanan ini seharusnya tidak bertujuan untuk kebaikan perempuan saja, tetapi untuk kebaikan seluruh jemaat. Ketika para perempuan saling menguatkan satu sama lain di dalam Kristus melalui Firman-Nya, mereka menjadi penghubung yang semakin saleh dan penuh doa dengan orang lain di dalam tubuh gereja, anggota keluarga, mereka yang membutuhkan pertolongan fisik atau rohani, anak-anak, dan para pemimpin gereja.
Kita akan bertemu dengan perbedaan-perbedaan yang khas dari kaum komplementarian pada suatu saat dalam percakapan ini, mungkin lebih awal, tetapi pasti sekarang. Bagi kaum komplementarian, hal ini merupakan hal yang menyenangkan karena kita percaya bahwa Allah telah menetapkan sebuah tatanan untuk pernikahan dan gereja. Sebuah tatanan untuk sukacita dan kebaikan kita. Kita merayakan partisipasi kita dalam drama ilahi tentang kasih antara Kristus dan gereja-Nya, memainkan peran kita sebagai pembawa gambar perempuan Allah merupakan suatu sukacita untuk melihat sebuah gereja di mana para pendeta dan penatua pria dengan penuh perhatian menggembalakan semua anggota jemaat mereka, termasuk para perempuan, memberikan pengawasan pastoral terhadap pelayanan perempuan dan mendorong pelatihan bagi para pemimpin perempuan. Sebagai hasilnya, seluruh jemaat dikuatkan serta pria dan perempuan diperlengkapi untuk bermitra bersama dalam pekerjaan Injil. Seorang pendeta yang membaca draf artikel ini mengatakan bahwa ia hanya akan menambahkan ini: Semakin banyak hamba-hamba Tuhan perempuan yang dibangkitkan di dalam jemaatnya, maka ia akan semakin berbahagia, karena mereka akan membantu mempertajam dirinya dengan berbagai cara.
Prosesnya bisa jadi sulit. Para pemimpin dalam pernikahan dan di gereja tetaplah manusia yang berdosa dan begitu pula mereka yang mengikuti kepemimpinan mereka. Dalam gereja-gereja yang tidak memiliki kebulatan suara mengenai peran gender, kepekaan yang tak terhingga diperlukan ketika orang-orang percaya dengan setia mendoakan para pemimpin yang ada dan berusaha untuk mengikuti dan melayani sesuai dengan Firman Tuhan. Hanya dengan kasih karunia Allah, ketika Ia mengubah kita menjadi serupa dengan gambar Anak-Nya melalui Roh dan Firman-Nya, kita dapat bertumbuh bersama menjadi satu tubuh yang memuliakan Dia.
Tanggapan 5: Pelayanan perempuan adalah saluran penginjilan yang berharga.
Sungguh, untuk poin ini, Anda hanya perlu membaca tulisan Gloria Furman dalam Pelayanan Perempuan yang Dipenuhi Firman. Jika Anda tergoda untuk menganggap kelompok pendalaman Alkitab perempuan hanya sebagai tempat yang nyaman bagi teman-teman lama, bersiaplah untuk perubahan paradigma. Para perempuan memiliki kesempatan yang luar biasa di dunia saat ini untuk merangkul perempuan lain yang tidak akan pernah datang (atau, dalam beberapa kasus, tidak akan pernah diizinkan untuk datang) ke kelompok campuran. Dalam semua konteks, kelompok-kelompok perempuan yang berakar pada Firman Tuhan memiliki potensi yang sangat besar untuk melayani para perempuan yang terhilang dan terluka yang tertarik pada komunitas yang otentik, penuh kasih karunia dan yang terutama perlu bertemu dengan Tuhan dan Juru Selamat yang bersinar melalui Kitab Suci dari awal hingga akhir.
Hanya dengan kasih karunia Allah, ketika Ia mengubah kita menjadi serupa dengan gambar Anak-Nya melalui Roh dan Firman-Nya, kita dapat bertumbuh bersama menjadi satu tubuh yang memuliakan Dia.Banyak dari kita perlu mendengar kisah-kisah tentang bagaimana Firman Tuhan yang dipelajari dan diajarkan telah menginvasi hati seorang perempuan dan kemudian menjangkau seluruh keluarga dengan Injil dan bagaimana hal itu menumbuhkan iman dan semangat penginjilan di gereja-gereja (Lihat, sebagai contoh: Bab Cindy Cochrum). Saya telah melihat hal ini terjadi di banyak kelompok, terutama ketika para pemimpin berdoa untuk buah-buah Injil seperti ini dan ketika satu demi satu anggota mengundang seorang teman yang belum percaya untuk datang bersamanya.
Sungguh suatu kesempatan yang luar biasa, melalui pelayanan perempuan, untuk merangkul panggilan dari orang-orang yang dipisahkan Allah untuk menjadi garam dan terang di dunia, demi Kristus dan kerajaan-Nya. (t/Yosefin).
Diambil dari: Nama situs : The Gospel Coalition Alamat artikel : https://www.thegospelcoalition.org/article/why-womens-ministry/ Judul asli artikel : Why Women’s Ministry? Penulis artikel : Kathleen NielsonMenjadi Wanita Adalah Menjadi Manusia Sepenuhnya
Apakah Ada Perbedaan?
Ada beberapa kebingungan tentang apa artinya menjadi manusia versus apa artinya menjadi seorang wanita. Apakah itu realitas yang sama atau realitas yang berbeda? Bagaimana keduanya saling tumpang tindih? Saya membayangkannya seperti diagram Venn.
Bayangkan sebuah lingkaran yang mencakup hal tentang menjadi seorang wanita dan sebuah lingkaran yang mencakup hal tentang menjadi seorang pria. Ada beberapa kesamaan di sana, jadi beberapa bagian lingkaran akan tumpang tindih dan beberapa bagian tidak akan tumpang tindih. Judul apa yang akan Anda berikan pada keseluruhan diagram itu? Anda akan menyebutnya kemanusiaan karena kemanusiaan mencakup mereka yang diciptakan sebagai pria dan mereka yang diciptakan sebagai wanita.
Keduanya adalah Manusia
Apa yang tidak kita miliki adalah lingkaran ketiga yang mengatakan apakah kemanusiaan itu dan bahwa kemanusiaan adalah sesuatu yang berbeda dari menjadi seorang wanita. Tidak, segala sesuatu tentang menjadi seorang wanita -- apakah itu bagian yang khas ataupun bagian yang sama dengan menjadi seorang pria -- semuanya adalah manusia. Semuanya. Segala sesuatu tentang menjadi seorang pria -- bagian yang khas dan bagian yang mirip dengan menjadi seorang wanita -- semuanya adalah manusia.
Jadi, yang tidak bisa kita lakukan sebagai wanita adalah keluar dari batasan menjadi wanita dalam rangka menjadi manusia. Anda mungkin mendengar seseorang berkata, saya hanya ingin seseorang berhenti memperlakukan saya seperti wanita dan memperlakukan saya seperti manusia. Saya pikir apa yang mereka maksud dengan itu adalah sesuatu yang benar-benar valid: Saya ingin Anda melihat saya sebagai sesuatu yang lebih penuh daripada saya yang Anda lihat sekarang. Mereka mungkin direndahkan dalam beberapa cara dan mereka berkata, Bisakah Anda melihat keseluruhan diri saya?
Tapi jenis ekspresi bahasa itu membuat kita bermasalah ketika itu menyiratkan adanya kategori yang berbeda dari wanita, menyiratkan bahwa jika kita bisa masuk ke dalam kategori manusia maka kita akan bernilai.
Akan tetapi, Alkitab mengatakan bahwa kita diciptakan sebagai pria dan wanita, dan menjadi wanita sangatlah berharga. Setiap bagiannya adalah manusia dan berharga -- bukan hanya bagian yang tumpang tindih dengan menjadi seorang pria dan bukan hanya bagian yang berbeda dari menjadi seorang pria. Seutuhnya berharga.
Ekspresi Bahasa yang Tidak Menolong
Salah satu ekspresi bahasa yang tidak menolong yang terkadang diadopsi oleh gereja adalah mengatakan bahwa menjadi seorang wanita adalah "peran" yang kita miliki, tetapi itu tergantung pada apa yang kita maksud dengan "peran". Saya biasanya menganggap peran sebagai semacam topi yang kita kenakan pada berbagai kesempatan berbeda. Jadi saya mungkin akan melakukan satu hal -- mungkin saya seorang guru -- dan itulah peran yang saya miliki, lalu saya akan datang ke sini dan menjadi diri saya sendiri sepanjang waktu: Abigail. Tapi itu bukan cara yang membantu untuk berpikir tentang kewanitaan. Kewanitaan bukanlah peran yang kita mainkan dan kemudian kita kembali menjadi diri kita yang sebenarnya. Menjadi seorang wanita adalah siapa kita sepanjang waktu di setiap sel tubuh kita -- bukan hanya sel-sel tubuh kita yang khas bagi wanita.
Kewanitaan bukanlah peran yang kita mainkan dan kemudian kita kembali menjadi diri kita yang sebenarnya.Kita tidak hanya memiliki bagian tubuh wanita dan kemudian bagian tubuh yang netral secara gender. Setiap sel memiliki kromosom XX. Setiap bagian dari kita adalah seorang wanita dan itu baik. Jika kita dapat melihatnya sebagai hal yang baik, maka kita tidak akan berbicara tentang menjadi seorang wanita dengan cara yang merendahkan yang membuat kita merasa perlu untuk mengatasi itu. Kita akan dapat melihat bahwa ada hal-hal indah tentang realitas yang tumpang tindih dengan pria dan realitas yang berbeda dari pria -- dan melihat semua itu sebagai pemberian yang baik. (t/Jing-Jing)
Diterjemahkan dari: Nama situs : Crossway Alamat situs : https://crossway.org/articles/to-be-a-woman-is-to-be-fully-human Judul asli artikel : To Be a Woman Is to Be Fully Human Penulis artikel : Abigail Dodds